Menurut
Purnawan, Kota kolonial adalah kota-kota yang tumbuh berbarengan dengan
munculnya kolonialisme Eropa di negara-negara Dunia Ketiga, terutama di Asia
dan Afrika (Purnawan ;2012). Lebih lanjut lagi, kota kolonial adalah kota yang
dikembangkan oleh para pendatang dari Eropa di tempat-tempat baru yang mereka
datangi.[1]
Membahas kota kolonial, di Jawa timur, setelah adanya kebijakan Desentralisatie
Wet tahun 1903, berdampak munculnya kota-kota-kota kolonial. Salah satunya
Pasuruan yang menjadi Kota dengan pemerintahan kota kolonial-nya.
Menurut
D.R. Nurhajarini dalam Jurnalnya, menuliskan bahwa pasuruan mendapatkan status
Gemeente (stingkat kota madya) pada tahun 1916.[2]
Bukti yang disodorkan oleh Nurhajarini mengenai status Gemeente pasuruan adalah
Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 320. Bisa diasumsikan bahwa Kota Pasuruan
termasuk ke dalam kota Kolonial. Dilihat dari kriteria yang disampaikan berikut
ini penulis dapat mengategorikan ke dalam kota kolonial.
Menurut
McGee yang dikutip oleh Purnawan, setidaknya ada ciri kota disebut sebagi kota
kolonial. Pertama, permukiman sudah
stabil. Kedua, terdapat Garnisun dan
permukiman pedagang yang merupakan tempat kontak dagang. Ketiga, tempat penguasa-penguasa menyelenggarakan perjanjian dagang
dengan penguasa-penguasa pribumi. Tambahnya, menurut Purnawan ciri penting dari
kota kolonial adalah lokasinya di dekat laut atau sungai, karena pendatang
eropa butuh media transportasi untuk perdagangan.
Menurut
kriteria tersebut kota pasuruan dapat dikategorikan sebagai kota kolonial. Dari
sisi geografisnya, Kota pasuruan memiliki pelabuhan yang sudah ramai sebelum
datangnya orang eropa ke Hindia.[3]Perdagangan
yang beragsung di Pasuruan terjadi antara orang-orang Cina, Mandar, Bawean,
Bugis, Sumbawa, dan Madura. Pelabuhan yang ramai ini juga salah satu unsur yang
menjadikan Pasuruan pantas disandangi status Gemeente.
Pasuruan
yang sebelumnya menyandang status ibukota karesidenan, menjadikan pasuruan
sebagai pusat pemerintahan. Selain sebagai pusat pemerintahan, Pasuruan juga
menjadi salah satu daerah perkebunan Gula. Hal ini mendorong orang-orang eropa
untuk menempati pasuruan dan menjadikannya sebagai kota kolonial.
Dilihat
dari aspek Ekonomi, Kota pasuruan kota pasuruan sudah berpegang pada sektor
non-agraris. Keuangan kota sebagian besar didapat dari sektor pajak, meeliputi
pajak pasar, rumahsakit, perumahan dll. Selain itu, aktivitas pemerintah kota
dalam hal perekonomian ditopang oleh tenaga ahli dengan Oppas kantor dan Kashouder.[4] Sistem
administrasi modern ini mencerminkan kota pasuruan sudah menjelma sebagai kota
kolonial yang maju.
Tidak
ketinggalan sisi perumahan dan kesehatan, kotapraja memperhatikan aspek
perumahan dengan memberikan dana yang cukup besar. Kebersihan kota turut
diperhatikan dalam mengelola kota, hal ini bertujuan untuk memberikan
kenyamanan kepada penduduk. Selain itu, lebih tepatnya untuk memberikan hunian
yang sehat, terutama terhindar dari penyakit malaria.
Terakhir,
dalam pengelolaan administratif, Kota pasuruan sudah memenuhi kategori sebagai
Kota Kolonial dengan adanya sistem pemerintahan modern. Adanya Gemeenteraad,
dan Geweest, yang menaungi wilayah Gemeente Pasuruan. Lengkaplah sudah, dari
aspek ekonomi, Politik Pasuruan dapatlah menyandang status Gemeente (Kota
Praja) Pasuruan, dan disebut sebagai Kota Kolonial.
How to play the Baccarat card game - Wolverione
BalasHapusThe most popular version of the game was the งานออนไลน์ “Cai Baccarat” which was invented in 1896. 카지노사이트 This worrione game is a great addition to the Baccarat table,