D iskusi bersama kawan sejawat dari sejarah kemarin begitu asyik, sampai merambah beberapa bidang ilmu yang seharusnya dikaji oleh kawan ...

Biografi Tokoh sebagai Refleksi Diri

Diskusi bersama kawan sejawat dari sejarah kemarin begitu asyik, sampai merambah beberapa bidang ilmu yang seharusnya dikaji oleh kawan lain. Psikologi, sosiologi, budaya, politik sampai ekonomi. Inilah kelebihan kawan-kawan dari Jurusan Ilmu sejarah, semua ilmu sosial dilahapnya meskipun tidak semendalam kawan yang benar-benar mengkajinya.


Berangkat dari tema besar mengenai tokoh-tokoh besar yang "lalu-lalang" dalam buku sejarah. Kami berdua mulai merambah pada kekhususan beberapa tokoh besar dalam sejarah bangsa Indonesia. Dari proklamator kita Sukarno, sampai pada Gus Dur. Beberapa diantaranya disinggung Tokoh-tokoh yang dianggap "kiri" oleh masyarakat pada umumnya.

Mengenai hal-ikhwal biografi sepak terjang tokoh besar sejarah Indonesia banyak hal dari beberapa pemikiran dan sikap yang patut untuk diteladani. Contohnya semangat juang Bung Karno, militansi Semaun dan Kartosuwiryo, kecerdasan B.J. Habibie, ketawaddu'an Mbah Hasyim Asy'ari, ketegasan Kiai Ahmad Dahlan, sampai Pluralisme dab sufisme Gus Dur.

Apabila pada tahap pencarian seperti masa kami, seorang calon intelektual muda patutlah meneladani sikap-sikap dan pemikiran cerdas dari tokoh-tokoh bangsa kita. Namun, perlu diperhatikan lebih pada sisi mana atau masa apa yang harus diteladani? Ini yang harus saya jelaskan disini, agar tidak terjadi kontinuisasi kesalahan yang berujung pada "dosa" komulatif.

Ketidaktepatan pemilihan sisi dan masa hidup tokoh akan berakibat pada ketidaktepatan pemikiran dan sikap diri dengan tokoh. Ini akan semakin berakibat buruk pada diri peneladan tokoh sendiri. Selayaknya, kita mulai mencari dan meneladani sikap dan pemikiran dari seorang tokoh yang sesuai dengan masa dimana kita sekarang. Dalam artian begini, ketika kita berusia remaja patutlah kita membaca dan meneladani tokoh ketika berusia sama dengan kita. Ketika kita menyandang status mahasiswa, selayaknya kita meneladani pribadi tokoh pada saat beliau masih menjadi mahasiswa. Ini menjadi penting karena akan terjadi integrasi antara pribadi kita dengan pribadi tokoh, karena konteksnya yang sama. Hal ini bisa menjadi buruk ketika kita masih mahasiswa dan meneladani pribadi tokoh yang sudah matang, sebut saja Gus Dur. Pribadi unik nan nyeleneh sekaligus mendalam secara keilmuan ini, tidak dapat secara mentah-mentah kita ambil teladan dari pribadi beliau. Karena pribadi unik beliau melalui beberapa proses penempaan dan sedimentasi sikap yang lama sehingga sampai pada taraf begitu. Kita yang masih dalam taraf pencari dan Rookie tidaklah patut langsung meniru dan meneladaninya, alangkah lebih bijak jika mulailah kita menengok riwayat hidup beliau sebagai pemuda atau mahasiswa. Bagaimana beliau menjalani masa mudanya? Bagaimana latarbelakang yang menempa beliau? Apa sebab utama beliau begitu? Hal-ihwal diataslah yang lebih penting untuk dikaji dan dimasukkan dalam kerangka diri kita. 

Dengan begitu, kita telah menempatkan diri kita pada konteks masa yang tepat dengan tokoh yang akan kita teladani. Akibatnya dari musabab diatas akan terjadi integrasi diri dengan diri tokoh, bukankah ini yang menjadi tujuan kita mempelajari dan meneladani pribadi seorang tokoh? Alhasil, diri kita menjadi manifestasi dan cerminan dari pribadi tokoh. Selamat merenungkan! Dan selamat Hari Santri Nasional!

Oleh : Miftahul Ulum (Ilmu Sejarah UNAIR)


0 komentar: