Oleh
: Dwi Nurmaningsih (Arsiparis)
Banjir
besar tahun 2002 yang menimpa kota Jakarta
terulang kembali di tahun 2007.
Ada
apa dengan kota Jakarta. Perlukah pusat pemerintahan dipindahkan ke kota
Jonggol (Bogor) atau ke Provinsi Sumatra Selatan (Palembang). Kesalahan tata kota dan ketersediaan
daerah kantong-kantong penghijauan untuk resapan air dianggap menjadi penyebab
utama masalah yang sangat serius ini. Untuk mengetahui
Jakarta/Batavia
sebagai pusat pemerintahan di masa lampau
dapat ditelusuri pada arsip
Hoge
Regering.
VOC dibentuk
tahun 1602 dengan nama Verenigde Oostindische Compagnie yang merupakan
penyatuan berbagai kamar dagang besar di Belanda. Proses penyatuan didukung oleh pemerintah
Belanda, khususnya Staten Generaal. Upaya tersebut dilaksanakan dalam
situasi Belanda berperang dengan Spanyol, karena diharapkan VOC bisa menyaingi
kepentingan dagang Portugis dan Spanyol.
Organisasi
VOC di negeri Belanda ditetapkan oleh Staten Generaal melalui sebuah dokumen resmi (octrooi). Dalam ketentuan tersebut dimuat susunan organisasi VOC di dalam negeri Belanda, sedangkan organisasi
yang berada di seberang lautan (overzee) tidak ditentukan sama sekali. Hal ini
disebabkan sejak awal tidak terpikirkan untuk menguasai daerah-daerah
tersebut.
Masalah
monopoli ditetapkan pula
dalam octrooi,
karena VOC adalah
satu- satunya badan yang boleh mengirimkan kapal ke daerah sebelah timur Tanjung Harapan. Dalam melaksanakan aktivitasnya VOC mengalami beberapa
perubahan, khususnya menyangkut:
(1) adanya monopoli rempah-rempah; (2) perkembangan perdagangan di Asia; (3) perkembangan kekuasaan wilayah terutama
di Jawa dan Ceylon; (3) pertumbuhan
yang pesat di Asia dan Eropa
pada abad ke-18.
BATAVIA SEBAGAI PUSAT ADMINISTRASI
Seluruh kantor VOC di Asia (termasuk yang berada di Cape of Good Hope) berkantor pusat di Batavia.
Pada waktu yang bersamaan Batavia adalah tempat terpenting dan untuk beberapa waktu selama abad
ke-17, menjadi
satu-satunya
pelabuhan
kedatangan dan keberangkatan
kapal ke dan
dari Eropa. Komunikasi diantara
para direktur di Batavia dengan berbagai kantor
dagang lain selalu dilakukan secara
intensif terutama oleh Gubernur Jendral dan dewan serta kelengkapan administrasi
lainnya
Ada beberapa pengecualian dalam kebijakan
VOC, yaitu Kantor dagang yang berada di Gamron (Persia) dan beberapa kantor lain di India melakukan korespondensi dengan para
direktur di negeri induk melalui
darat. Dengan berdirinya kantor
di Cape of Good Hope, masih ada banyak perubahan dalam korespondensi
antara para administratur dengan para
direktur di Batavia,
antara
lain
surat
menyurat
secara langsung antara direktur dengan beberapa kantor dagang
lain tanpa melalui Batavia.
Gubernur Jendral dan dewan melihat bahwa perdagangan yang mengabaikan
Batavia merupakan sebuah ancaman serius bagi posisi mereka. Oleh karena itu penguasa di Batavia
merasa puas ketika tahun 1636 para direktur
perdagangan di Coromandel,
Surat dan Gamron
--yang pada kenyataannya sudah dimulai sejak sebelum Batavia didirikan— pada tahun 1665 harus menghentikan perannya dengan melihat kenyataan bahwa VOC menjadikan
Ceylon sebagai pelabuhan
yang sama dengan Batavia khususnya untuk pelayaran kembali pulang.
Jalur pelayaran dan korespondensi langsung antara
negeri induk dengan kantor- kantor dagang di India ternyata
tidak merubah posisi Batavia sebagai
kantor pusat VOC di Asia. Batavia tetap menjadi pusat administrasi dan pembukuan.
Lebih jauh lagi, Gubernur Jendral dan dewan menggandakan
semua berkas korespondensi yang terjadi antara
kantor-kantor dagang yang berada di bawah VOC dengan direktur-direktur di
negeri Belanda termasuk dengan
Ceylon, Canton dan Bengal. Arsip-arsip ini hingga sekarang masih dapat ditemukan disini (Jakarta) dan juga di Belanda.
Tugas
utama Batavia dalam perdagangan di Asia adalah membuat semuanya
menjadi jelas, tidak hanya dalam masalah administrasi,
namun juga menunjukkan sebuah administrasi personil yang sama
bagusnya.
Kantor
pembayaran mempekerjakan sejumlah orang untuk mengurus seluruh perdagangan di Asia dan untuk kepentingan ini,
setiap kantor wajib mengirimkan informasi. Setelah tahun 1689 sebuah kopi berkas berisi
daftar lengkap pegawai VOC di Asia
setiap tahun dikirim ke negeri
induk.
Batavia juga menjadi
kedudukan Raad van Justitie yang memegang
kendali dalam masalah hukum bagi pejabat-pejabat VOC. Pimpinan lembaga ini juga anggota Raad van
Indie. Lebih jauh lagi, ketujuh anggota dewan
ini diangkat oleh Heren
XVII, sebuah kenyataan bahwa
hal ini tidak mampu mencegah berbagai konflik dengan Gubernur
Jendral dan dewan.
Agar bisa memainkan
peran
dalam jalur
maritim, Batavia diwajibkan menyediakan infrastruktur seperti: galangan
kapal, gudang, pekerja dan lain sebagainya.
Tidak semua kapal baru dibangun
di Batavia, namun banyak pemeliharaan dan perbaikan
kapal dilaksanakan, dan berbagai fasilitas untuk menangani masalah perkapalan, yang dibangun di Pulau Onrust di bawah pengawasan equipagemeester (master of the equipage).
Untuk membangun suatu pemerintahan
yang solid harus disertai dengan penataan tata kota yang baik.
Hal ini sangat disadari
oleh VOC sebagai
badan dagang terbesar pada masanya. Batavia sebagai kota pelabuhan
tentu denyutnya tidak boleh terhenti akibat banjir. Collegie van het
Heemraden, badan yang
bertanggungjawab atas infrastruktur di Batavia dan sekitarnya, khususnya menangani bendungan, saluran air dan ikut berperan atas keberhasilan kota Batavia dalam
menyalurkan derasnya air hujan ke kanal-kanal yang cukup besar dan bersih,
yang sampai saat ini masih dapat kita saksikan di daerah Kota.
ARSIP
VOC
Batavia merupakan
pusat perdagangan pada masa VOC, sehingga
arsip VOC yang berada di ANRI
merupakan koleksi terbesar diantara
negara-negara tetangga yang dahulunya hanya merupakan
buiten kantor seperti Jepang
(Japan), Srilangka (Ceylon), Afrika Selatan (Kaap de Goede Hoop), Malaka dll. Dari sejumlah koleksi , ada sekitar 99 koleksi
arsip berbahasa Belanda
seperti: arsip masa VOC, masa Hindia Belanda
dan arsip-asip Karesidenan yang sudah mempunyai jalan masuk baik berupa daftar arsip atau inventaris.
Volume
arsip Hoge Regering (1602-1811) kurang lebih 450 meter linier. Hoge Regering yang merupakan pemerintahan tertinggi yang lebih dikenal dengan Gubernur Jendral dan Dewan (Raad van Indie) VOC di Batavia. Khasanah asip
Hoge Regering merupakan Fonds, sedangkan
seriesnya meliputi notulen, resoluties, besognes,
korte notulen, realia, personalia, dagregister,
Kontrak dengan raja-raja dan pangeran,
korespondensi dengan Belanda
dan kantor dagang VOC di luar Batavia
(Lihat “Inventaris van het Archief van de Gouverneur
Generaal en Raden van Indie (Hoge Regering)
1612-
Bibliografi
Ricklefs, H.C. (1991), Sejarah
Indonesia Modern, Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
ANRI, Administrasi VOC di Asia, Jakarta, ca. 1980
ANRI, Inventaris van het archief van de Gouverneur Generaal en Raden van Indie (Hoge
Regering), 1612-1811,
Jakarta, 2002
0 komentar: