Perihal terminologi guru akhir-akhir ini semakin merunyamkan. Apa kategorisasi yang dipakai sehingga disebut guru? Apakah dasar administrati...

"Guru" atau "Pengajar"

Perihal terminologi guru akhir-akhir ini semakin merunyamkan. Apa kategorisasi yang dipakai sehingga disebut guru? Apakah dasar administratif?  Atau, sematan dari orang-orang ? Runyam kam? Betapa tidak? Jikalau kita pakai ngelmu jowo atau ngelmu gathok Guru merupakan Akronim dari diGUgu lan ditiRU. Selama ini saya beranggapan bahwa semua orang yang mengajarkanku sesuatu adalah seorang guru. Ternyata anggapan semacam itu kurang tepat.

Ketidak-tepatannya dimana? Bukankah Ali R.A pernah menerangkan bahwa orang yang mengajarkan sehuruf akan dianggap sebagai gurunya. Memang, tapi lihatlah fenomena sekarang. Guru-guru, dosen-dosen, ustad-ustad dan beberapa pengajar lain hanyalah memberikan pengajaran, atau tidak lebih sekedar menyampaikan apa yang dia ketahui. -untuk tidak bersuudzdzon- masihkah pantas "guru-guru" diatas disemati gelar Guru?

Tunggu dulu, jangan terburu-buru ber-underestimate. Guru yang dimaksudkan disini bukanlah orang yang sekedar memberikan kita pengetahuan / ilmu saja. Tapi lebij dari itu, seorang guru menurut pemahaman saya -yang terkini- adalah seorang yang benar-benar menghayati pengabdiannya memberikan pemahaman dan penyadaran terhadap orang lain porsi dan perannya sebagai manusia dan sebagai hamba Tuhan. -Jikalau kalian kurang setuju panggil aku untuk mendengar komentarmu-

Dari sana, apakah mungkin setiap orang yang pernah memberi kita pengajaran digelari guru? Saya kira tidak. Dalam perjalanan hidup saya yang sekedarnya ini, hanya sederet jari saja yang bisa saya sebut sebagai Guru. Tidak saya sebutkan disini, hanya saya sempatkan untuk umik-umik mendoakan beliau-beliau. Semoga Tuhan memberikan kekuatan dan kecerdasan hati-pikiran dalam menempuh hidup hingga menemui-Nya.

Sementara itu, mungkin ribuan orang yang sudah saya kenal, mereka rerata bukan "hadir" sebagai guru. Mereka "hadir" untuk sekedar mengecap apa-apa yang ada dalam diri saya yang menjadi karunia-Nya. Bukan sebagai Guru, pembimbing hidup menempuh jalan menuju Allah. Lantas? Apakah salah memanggil orang yang memberikan pengajaran terhadap diri kita sebagai guru?  Saya tegaskan tidak, toh itu urusan anda. Saya meyakini apa yang saya yakini, sebagai seorang "pencari". Anda sekalian boleh tidak setuju dan memulai pencarian anda sendiri.

Beruntungnya saya berjumpa dengan beliau-beliau. Semoga dekat-dekat ini, saya menemukan (kembali) seorang Guru, bukan sekedar orang yang mengajari saya pengetahuan.

0 komentar: